"Kau hanyalah seorang pembohong besar yang tidak akan pernah menepati janjimu" lanjutnya. Ibunya hendak meraih Reyna tapi Reyna langsung berlari. Ibu tak tahu lagi bagaimana caranya membujuk Reyna mengingat Reyna saat itu sedang dalam keadaan labil.
Ibu kemudian beranjak ke teras membawa secangkir teh hangat. Ia terduduk membisu tak dapat melakukan apa2 saat anaknya itu sedang emosi. Baginya wajar saja Reyna marah karena memang sudah lama Reyna menginginkan handphone. Reyna selalu minder disekolah melihat teman-temannya sudah memiliki gadget itu bahkan lebih canggih dari yang ia minta pada ibunya.
Berhari - hari ibu berusaha mengumpulkan uang sendiri untuk membelikan Reyna handphone. Ibu berjalan mengitari pasar menjajakan kue buatannya. Penghasilan ibu sangatlah pas2an. Belum lagi ibu harus membelikan obat untuk ayah Reyna yg terkapar di ranjang tiap harinya. Sang wanita tua itu hanya bisa pasrah berharap sesuatu datang dan bisa mengubah segalanya.
Senja tiba,Ibu terlihat menung di teras depan sambil merajut kain untuk dijual. Reyna pulang dari sekolah dan tidak sedikitpun menyalami ibunya. Jangankan memberi salam, menolehpun tidak. Sedikit demi sedikit ibu mengeluarkan air mata. Sang wanita tua lembut itu tak bisa menahan perihnya hati saat melihat buah hatinya marah. Ia kemudian masuk dan mengambil secarik kertas. Lalu memulai untuk menulis puisi..
Esoknya, ibu kembali ke pasar dan mulai menjajakan kuenya. Hari itu pembeli sangat sepi dan ibu pulang kerumah lebih cepat. Di jalan,ibu tiba2 pusing dan tak dapat mengendalikan dirinya hingga sesuatu yang dahsyat terjadi.
"Ada apa ini? Mengapa ramai sekali dirumahku?" Ujar Reyna heran saat ia hendak memasuki rumahnya. Lalu tiba - tiba ia histeris saat ayah memanggilnya dan mengatakan " Ibumu sudah meninggal,ambilah kotak dalam laci lemari itu. Itu adalah salah satu peninggalan ibu untukmu" ayah meneteskan airmatanya perlahan.
Reyna langsung melepaskan pelukan ayahnya dan bergegas mengambil sebuah kotak. Ia membuka kotak itu dan ada secarik kertas berisi puisi buatan ibu. Ia meneteskan air matanya,lalu ia melihat ada sebuah kotak lagi dalam kotak itu. Ia membukanya dan melihat ada sebuah Handphone bekas yang jelek dengan secarik kertas diatasnya.
"Ibu hanya memiliki ini untukmu. Tapi ibu takut tak menerimanya,maka itu ibu hanya bisa menyimpannya. Terimalah Nak! ". Reyna kembali memeluk ayahnya, ia kini menyadari bahwa tak sewajarnya ia marah pada ibu. Kini Reyna sudah berubah. Ia lah yang mengurusi ayahnya hingga ayah sembuh dan bisa bekerja lagi